Senin, 20 Agustus 2012

HARI KEMENANGAN BAGI UMAT ISLAM

Umat Islam diseluruh dunia sedang berbahagia dan berpesta pora hal ini disebabkan dengan datangnya 1 Syawal yaitu bulan tanda selsainya umat Islam menunaiakn rukun Islam yang ke-4 yaitu pusa. Bulan romadhon merupan bulan penggemblengan bagi umat Islam untuk mengadakan ritual khusus yaitu pusa selama satu bulan penuh seperti yang telah diperintahkan oleh Al-Qur'an :






Sabtu, 21 Juli 2012

HIKMAH PUASA BAGI MANUSIA

Pengertian puasa seperti yang tertuang dalam kitab suci Al-Qur'an dan As-Sunah adalah memiliki makna yaitu menahan diri dari hawa nafsu. Nafsu untuk berbuat maksiat atau hal yang dilarang oleh Allah. Dalam arti sederhananya adalah tidak boleh makan dan minum mulai dari waktu imsak terbitnya matahari/fajar sampai terbenamnya matahari  dan dibolehkan cepat-cepat berbuka setelah maghrib.  Jadi puasa merukan ibadah ibadah yang sangat banyak sekali ganguanya dan godaanya maka di ajurkan kepada manusia yang beriman untuk selalu meningkatkan amalan ibadahnya pada bulan puasa. Karena bentuk amalan yang baik sekecil apapun di bulan pusa ini akan mendapatkan berlipat ganda balasanya. Amin
Firman Allah " "Hai orang-orang yang beriman, diwajibakan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.
Dari ayat tersebut diatas maka dapat disimpukan barang siapa yang beriman dan beragama Islam Maka Allah mengajurkan untuk melakukan ibadah puasa. Dan jelas bahwa tujuan dari puasa itu adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dalam ibadah puasa ini banyak sekali hikmah yang dapat kita ambil dianataranya adalah :
1. Pembersihan diri
Dengan puasa kita disuruh menjadi manusia yang disiplin untuk mematuhi setiap perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Puasa juga melatih kita untuk menyempurnakan ibaahny secara utuh kepada Allah SWT.  Dalam puasa kita ditutut untuk menjauhi hal-hal yang bisa mengurangi pahalanya puasa seperti melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah dan Agama. Maka di ajurkan utuk banyak bertadarus dan sebagainya yang bisa meningkatkan amalan ibadah kita.
2. Menyehatkan
Menurut para ahli kesehtan atau pakar kedokteran, ibadah puasa bermanfaat untuk mengakat aspek kejiwaan Disinilah rahasia bagai orang yang sering melakukan puasa baik itu puasa wajib atau pusa sunah diataranya adalah semakin takut kepada Allah akan berbauat dosa, mampu mengendalikan emosionalnya sehingga menjadi manusia yang sabar. Menajadi manusia yang berjiwa sosial dan peduli terhadap penderitaan orang lain.
3. Sarana Pemebelajaran
Puasa sangat baik untuk melatih otak berkonsentarasi, sebab oarang yang sedang puasa tidak banyak di bebani oleh pikiran-pikiran yang maksiat atau jorok sehingga bisa terfokus dan berkonsentarasi dalam belajar dan mudah untuk mengerti dan paham dalam setiap pelajaran.
4. Perisai Dri
Puasa dapat mejegah dari hal-hal yang tidak baik, dan bisa mengendalikan hawa nafsu dari godaan setan. Dan membentengi diri dari segala perbutan yang tercela dan tidak baik dan tidak dibenarkan oleh Allah dan Agama.
5. Mensukuri nikmat Allah
Semakin dekat dengan Allah dan Taqwa kepada Allah mensukuri apa yang telah diberikan oleh Allah kepada kita semua.

Kamis, 31 Mei 2012

MEMBANGUN NASIONALISME DI KALA BANGSA SEDANG TERPURUK

Bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghormati jasa-jasa para pahlawannya dan mampu belajar dari semua kegagalan-kegagalan yang pernah menimpa bangsanya. Bangsa Indonesia banyak mengalami penjajahan dari bangsa asing baik dari bangsa Asia itu sendiri atau bangsa Eropa hal itu disebabkan oleh beberapa faktor yang sangat di miliki oleh bangsa Indonesia tapi tidak dimilki oleh bangsa yang lainya. Di antara faktor-faktor itu adalah :
1. Kebodohan
2. Kekayaan alam

Mungkin dari tiga faktor itu yang menyebabkan bangsa kita kenyang dengan bentuk-bentuk penjajahan. Kebodohan : Kebodohan yang melekat pada bangsa kita pada jaman penjajahan adalah tidak diperkenakannya bangsa terjajah menngenyam pendidikan yang layak dan memadai dari bangsa yang menjajah, sehingga bangsa kita mudah di adu domba, adu domba adalah politik praktis dan politik penjajah untuk menghacurkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan yang telah terbina oleh Bangsa Indonesia sejak dulu. Maka denga politik divide et impera. Dengan politik inilah bangsa kita bercerai berai.
Selalu orang lain yang disalahkan dan bukan mengapa kita bisa diadu domba.
Perlawanan di berbagai daerah itu antara lain Perang Saparua, Maluku (1817) di bawah pimpinan Pattimura. Perang Padri (1821 – 1837) di Sumatera Barat yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol. Di Jawa muncul Perang Diponegoro (1825—1830) yang dipimpin Pangeran Diponegoro, didukung oleh Kyai Maja, Sentot Ali Basyah Prawirodirjo, dan Pangeran Mangkubumi. Perang Aceh (1873 – 1904) yang melahirkan tokoh-tokoh terkenal seperti Panglima Polim, Teuku Cik Ditiro, Cut Nyak Dien, Teuku Ibrahim, dan Teuku Umar. Tokoh perlawanan dalam Perang Banjar, Kalimantan (1858 – 1866) adalah Pangeran Prabu Anom, Pangeran Hidayat, dan Pangeran Antasari. Tokoh Perlawanan di dalam Perang Jagaraga, Bali (1849 – 1906) adalah Raja Buleleng, Gusti Gde Jelantik, dan Raja Karangasem, dan sebagainya. Ini adalah bukti dari satu komunitas yang yang terus menerus berjuang mempertahankan eksistensi idiologi dan politik yang tak sudi di rebut oleh tangan penjajah.
Ketika belajar sejarah, kita tidak pernah diberi kesempatan untuk bertanya dan dicerahkan pemikiran kita untuk bertanya, “Mengapa Belanda mempraktikan devide et impera?” Belanda tentu tidak bodoh, antropolog, sejarawan dan ilmuwan humaniora terbaik yang ada di seluruh Negeri Belanda tentunya telah dipekerjakan untuk meneliti watak khas orang Indonesia sebelum Pemerintah Belanda mengimplementasikan sebuah kebijakan.
“Batu turun keusik naek”
Tidak akan suatu kebijakan politik yang berhasil tanpa ada unsur pendukungnya, bagaimana pun baiknya suatu kebijakan politik kalau tanpa partisipasi politik maka akan gagal total dan sebaliknya sejelek-jeleknya kebijakan politik tetapi kalau ada unsur pendukung yang mengsukseskannya tentunya kebijakan tersebut akan berjalan dengan sendirinya. Politik devide et impera adalah produk penjajah yang tak kan sukses kalo tidak ada pihak yang bodoh dan haus kekuasaan sehingga mereka lebih suka bekerja sama dengan Belanda selama mereka (bersama Belanda) dapat menjajah rakyat di Nusantara ini.
Kekayaan alam : Pada awal penjajahan yang dilakukan oleh Belanda Ekspedisi Belanda pertama menuju Indonesia terjadi pada tahun 1596 di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Keberangkatan ekspedisi Belanda berpedoman kepada buku Itinerario (garis perjalanan) karya Jan Huygen van Linschoten. Ekspedisi Belanda yang pertama berhasil mendaratkan rombongannya di pelabuhan Banten. Rombongan pertama Belanda ini tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Mereka diusir penduduk pesisir Banten, sebab mereka bersikap kasar dan sombong. Pulanglah ekspedisi pertama ini dengan tangan kosong. Meskipun gagal, mereka telah membuka jalan bagi ekspedisi berikutnya untuk datang ke Indonesia. Pada tahun 1598 Belanda melakukan ekspedisi kedua ke Indonesia dipimpin Jacob van Neck.

Pada tahun 1602 Belanda mendirikan kongsi dagang yang bernama Vereenigde Oost-Indische Company (VOC) atau Persekutuan Perusahaan Hindia Timur dengan tujuan sebagai berikut:
a. Menghilangkan persaingan yang akan merugikan para pedagang Belanda.
b. Menyatukan tenaga untuk menghadapi saingan dari bangsa Portugis dan pedagang-pedagang lainnya di Indonesia.
c. Mencari keuntungan yang sebesar-besarnya untuk membiayai perang melawan Spanyol.

Setelah berhasil mendirikan VOC, kelompok pedagang Belanda ini menjadi tertarik untuk menguasai daerah-daerah di Nusantara. Sebagai langkah pertama, VOC berusaha merebut Maluku dari kekuasaan Portugis. Pada tahun 1605 dengan mudah VOC dapat merebut benteng Portugis di Ambon. Benteng ini kemudian diberi nama Victoria. Peristiwa ini menjadi tonggak pertama penjajahan Belanda di Indonesia. Setelah berhasil menguasai Ambon, pada tahun 1609 VOC mengangkat gubernur jenderal pertama, Pieter Both. Selanjutnya VOC mengincar Jayakarta. VOC ingin mendirikan pusat kekuasaan dan pemerintahannya di wilayah itu. Ketika VOC dipimpin gubernur jenderal kedua Jan Pieterszoon Coen, Jayakarta diserang dan dibakarnya. Di atas reruntuhan kota ini didirikan kota baru dengan nama Batavia pada tahun 1619. Mulai saat itu, VOC dapat mengawasi segala gerak-gerik pelayaran di Selat Sunda dan Selat Malaka, serta dapat melakukan konsolidasi dalam upaya menaklukkan seluruh wilayah nusantara.
Sejak bangsa Eropa datang ke wilayah Indonesia, bangsa Indonesia telah menyadari akibat-akibat yang muncul dari kedatangannya itu. Semenjak kedatangan bangsa-bangsa Eropa tersebut, perlawanan tidak pernah henti-hentinya dilakukan oleh bangsa Indonesia. Namun periawanan-perlawanan itu selalu mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan setiap perlawanan yang dilakukan terbatas hanya pada daerahnya, atau hanya ingin membebaskan daerah-daerah dan penduduknya dari kekuasaan asing. Dengan keadaan seperti ini, bangsa asing dapat lebih mudah untuk menguasainya.
Sejak akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 telah muncul benih-benih nasionalisme pada bangsa Indonesia. Munculnya gerakan nasionalisme itu tidak terlepas dari pengaruh yang datang dari dalam maupun dari luar.
a. Pengaruh yang datang dari dalam (internal)
1) Kenangan kejayaan masa lampau: sebelum imperialisme bangsa Eropa (Barat) masuk ke wilayah Indonesia, banyak terdapat kerajaan yang besar dan jaya, seperti Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim yang menguasai jalur pelayaran dan perdagangan di Selat Malaka. Kerajaan ini pernah menjadi pusat perdagangan dan bahkan pusat penyebaran agama Budha di Asia Tenggara. Juga Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan dibantu oleh Patih Gajah Mada menjadi kerajaan yang paling berkuasa di hampir seluruh wilayah Nusantara. Di samping itu, Kerajaan Majapahit juga dikenal dengan kerajaan Nusantara, karena wilayahnya mencakup pulau-pulau yang ada di wilayah Nusantara.
2) Penderitaan dan kesengsaraan akibat imperialisme: muncul dan berkembangnya imperialisme di dunia membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan masyarakat, khususnya di wilayah Indonesia. Pelaksanaan imperialisme di wilayah ini menimbulkan kesengsaraan dan penderitaan bagi bangsa pribumi, karena kaum penjajah hanya berusaha untuk mengeruk keuntungan demi kejayaan bangsanya sendiri. Kesengsaraan dan penderitaan inilah yang menjadi alasan atau pendorong munculnya periawanan-perlawanan bangsa Indonesia.
3)  Munculnya golongan cendekiawan; golongan cendekiawan muncul dimana-mana sebagai akibat dari perkembangan dan peningkatan pendidikan. Akibat lanjut dari penyebaran kaum cendekiawan di dalam masyarakat, timbullah berbagai gerakan yang menentang penjajah. Oleh karena itu, kaum cendekiawan pribumi tampil di atas panggung politik dan menjadi penggerak atau pimpinan pergerakan nasional bangsa Indonesia.
4)  Kemajuan dalam bidang politik, sosial-ekonomi dan kebudayaan; muncul dan berkembangnya gerakan nasionalisme Indonesia juga disebabkan oleh kemajuan-kemajuan di bidang politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan bangsa Indonesia. (1) Kemajuan di bidang politik; kegiatan gerakan atau partai-partai nasionalis ingin menumbangkan dominasi politik kaum imperialis dan kolonialis Belanda (Barat). Kekuasaan kaum pribumi pada masa itu terkungkung oleh pengaruh politik kolonial Belanda yang ketat dan kejam. Praktek-praktek penyalahgunaan kekuasaan dan pelecehan hak asasi manusia sering mewarnai kehidupan politik pemerintahan kolonial, maka golongan nasionalis tampil menyuarakan aspirasi masyarakat yang terjajah. (2) Kemajuan di bidang sosial ekonomi; masalah itu terlihat dalam penghapusan eksploitasi ekonomi asing. Penghapusan itu bertujuan untuk membentuk masyarakat yang bebas dari kesengsaraan dan kemelaratan sesuai dengan cita-dta keadilan sosial. Kesadaran meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia menjadi prioritas dan cita-cita perjuangan kaum nasionalis. (3) Kemajuan di bidang budaya; kaum nasionalis melihat kebudayaan asli hampir punah dan berada dalam keadaan sekarat, sehingga perlu diberikan perlindungan dan rekonstruksi yang memadai. Para pejuang nasionalis perlu memperhatikan dan menjaga kelestarian serta menumbuhkembangkan kebudayaan asli atau memadukan kedua kebudayaan itu. Oleh karena perkembangan kebudayaan asli yang tidak menggembirakan itu, maka para pejuang nasionalis menjadikan sektor kebudayaan menjadi salah satu cita-cita perjuangannya.
Ketiga bidang tersebut merupakan kesatuan yang diperjuangkan secara serentak, karena ketiganya memberikan ciri-ciri perjuangan nasionalis bangsa Indonesia. Paham nasionalis pada mulanya berkembang secara lokal atau daerah, namun kemudian menjadi kolektif dan meluas ke seluruh wilayah Indonesia yang terjajah dan akhirnya menjadi paham nasionalis dari bangsa Indonesia.
b. Pengaruh yang datang dari luar negeri (ekstemal)
Pengaruh dari luar negeri yang cukup besar perannya dalam memper-cepat pergerakan politik di Indonesia di antaranya, kemenangan Jepang atas Rusia (1905), Pergerakan Kebangsaan India, Pergerakan Nasional Filipina, Gerakan Nasionalis China, Gerakan Nasionalis Turki, Gerakan Nasionalis Mesir.
1)      Kemenangan Jepang terhadap Rusia (1905); Modernisasi Jepang telah membawa banyak perubahan terhadap perkembangan negeri dan bangsa Jepang di dunia internasional pada masa itu. Jepang maju dengan pesat dalam segala bidang. Bahkan kekuatan militer Jepang harus diperhitung-kan oleh bangsa-bangsa Barat, termasuk Amerika Serikat pada masa itu. Untuk membuktikan kekuatan militer Jepang, Korea menjadi sasaran pertamanya. Kemenangan yang diperolehnya dalam perang Jepang melawan Korea, menyebabkan pasukan Jepang melanjutkan ekspansinya ke Manchuria. Dalam penyerangan Jepang terhadap Manchuria itulah pasukan Jepang berhadapan dengan Rusia, dan ternyata berdampak sangat luas di wilayah Asia. Bangsa-bangsa di Asia mulai bangkit menentang penjajahan Barat. Hal ini membuktikan bahwa di berbagai daerah Asia muncul dan berkembang gerakan-gerkan yang bersifat nasional seperti di China, Filipina, India, Turki, Indonesia bahkan sampai ke daratan Afrika seperti Mesir dan sebagainya.
2) Pergerakan Kebangsaan India; Di dalam menghadapi penjajahan Inggris, kaum pergerakan rakyat India membentuk organisasi kebangsaan yang dikenal dengan nama All India National Congres. Tokoh-tokoh yang terkenal dalam organisasi itu seperti Mahatma Gandhi, Pandit J. Nehru, B.C. Tilak, Moh. Ali Jinah, Iskandar Mirza, Liquat Ali Khan dan sebagainya. Di antara para pemimpin India itu, yang lebih terkenal adalah Mahatma Gandhi yang memiliki dasar perjuangan sebagai berikut. (a). Ahimwi (dilarang membunuh), yaitu gerakan anti peperangan, (b). Hartnl yaitu suatu gerakan rakyat India dalam bentuk aksi yang tidak berbuat apapun walaupun mereka tetap masuk kantor ataupun pabrik dan sebagainya, (c). Satyagrnhn yaitu suatu gerakan rakyat India untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah kolonial Inggris, (d). Swacicsi yaitu gerakan rakyat India untuk memakai barang-barang buatan negeri sendiri.
3) Gerakan Kebangsaan Filipina; Gerakan rakyat Filipina digerakkan dan dikobarkan oleh Dr. Jose Rizal dengan tujuan untuk mengusir penjajah bangsa Spanyol dari wilayah Filipina. Dr. Jose Rizal berhasil ditangkap dan pada tanggal 30 September 1896, ia dijatuhi hukuman mati. Kemudian gerakannya dilanjutkan oleh Emilio Aquinaldo dan berhasil memproklamasikan kemerdekaan Filipina tanggal 12 Juni 1898 namun kemerdekaan yang berhasil diperolehnya itu tidak dapat bertahan lama, karena kemunculan Amerika Serikat yang berhasil menghapuskan kemerdekaan itu. Filipina dikuasai oleh Amerika Serikat dan baru diberi kemerdekaan oleh Amerika Serikat pada tanggal 4 Juli 1946.
4) Gerakan Nasionalis Rakyat China; Gerakan ini dipimpin oleh Dr. Sun Yat Sen. la mengadakan pembaharuan di segala sektor kehidupan bangsa China. Dasar perjuangan yang dikemukakan oleh Sun Yat Sen adalah San Min Chu I yang terdiri dari (a). Republik China adalah suatu negara nasional China, (b). Pemerintah China disusun atas dasar demokrasi atau kedaulatan berada di tangan rakyat, (c). Pemerintah China mengutamakan kesejahteraan sosial bagi rakyatnya.
5) Pergerakan Turki Muda (1908); Gerakan ini dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha. la menuntut adanya pembaharuan dan moderrusasi di segala sektor kehidupan masyarakatnya.
6) Pergerakan Nasionalisme Mesir; Gerakan ini dipimpin oleh Arabi Pasha (1881-1882) dengan tujuan menentang kekuasaan bangsa Eropa terutama Inggris atas negeri Mesir.
Dengan berkembangnya pergerakan nasional di berbagai daerah di Asia maupun di Afrika berpengaruh sangat besar terhadap perjuangan rakyat Indonesia di dalam menentang kekuasaan kolonial Belanda. Gerakan-gerakan yang muncul di Indonesia ditandai dengan munculnya organisasi-organisasi modern yang didirikan oleh kalangan terpelajar. Tujuan akhir dari setiap organisasi pergerakan rakyat Indonesia adalah terlepas dari kekuasaan penjajahan kolonial Belanda atau memerdekakan bangsa Indonesia. Muncul­nya pergerakan rakyat Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi Budi Utomo tanggal 20 Mei 1908. Bahkan tahun ini dijadikan tonggak bersejarah bangkitnya bangsa Indonesia untuk menentang kekuasaan kolonial Belanda.

2. Ideologi yang Berkembang pada Masa Pergerakan Nasional Indonesia
Awal abad ke-20 dalam sejarah Indonesia dikenal sebagai periode Kebangkitan Nasional. Pertumbuhan kesadaran yang menjiwai proses itu menurut bentuk manifestasinya telah melalui langkah-langkah yang wajar, yaitu mulai dari lahirnya ide emansipasi dan liberal dari status serba terbelakang, baik yang berakar pada tradisi maupun yang tercipta oleh situasi kolonial. Kemudian segera menyusul ide kemajuan beserta cita-cita untuk meningkatkan taraf kehidupan bangsa Indonesia. Ide-ide yang muncul tersebut akan melandasi pergerakan organisasi-organisasi yang tumbuh dan berkembang pada masa itu. Bahkan masing-masing organisasi memiliki dasar dan idiologi yang dapat memperkuat kedudukan maupun perjuangannya.
Ideologi-ideologi yang muncul dan berkembang pada masa pergerakan nasional Indonesia antara lain Ideologi Liberalisme, Nasionalisme, Komunisme, Demokrasi, Pan Islamisme dan lain-lain.
Ideologi Liberalisme. Ideologi liberalisme diperkenalkan di Indonesia oleh orang-orang Belanda yang mendukung perjuangan bangsa Indonesia. Orang-orang Belanda tersebut melihat banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan seperti dengan bertindak sangat jauh di luar batas-batas perikemanusiaan. Tindakan-tindakan pemerintah kolonial Belanda yang mereka kecam, seperti tindakan pemerasan, kekejaman atau penyiksaan dan lain sebagainya.
Masalah-masalah seperti ini mereka sampaikan pada saat diselenggara-kan sidang parlemen di negeri Belanda. Mereka mengecam dengan keras segala tindakan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda bersama kaki tangannya di wilayah Indonesia. Mereka mengusulkan agar pemerintah kerajaan Belanda memerintahkan pelaksanaan paham liberalisme di Indonesia. Diharapkan paham liberalisme dapat membawa masyarakat Indonesia kepada perubahan yang lebih baik.
Paham liberalisme merupakan suatu paham yang mengutamakan kemerdekaan individu atau kebebasan kehidupan masyarakat. Sebab dalam alam kebebasan itu masyarakat dapat berkembang dan berupaya meningkat­kan kesejahteraan hidupnya. Paham liberalisme ini dikembangkan oleh organisasi-organisasi politik di Indonesia seperti Indische Partij.
Ideologi Nasionalisme. Ideologi Nasionalisme kali pertama diperkenalkan oleh organisasi politik yang muncul di wilayah Indonesia. Ideologi Nasionalisme menjadi dasar perjuangan Partai Nasional Indonesia (PNI) yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Nasionalisme sebagai suatu ideologi menunjukkan suatu bangsa yang mempunyai kesamaan budaya, bahasa, dan wilayah. Selain itu, juga kesamaan cita-cita dan tujuan. Dengan demikian kelompok tersebut dapat merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap kelompok bangsa itu.
PNI sebagai suatu partai yang berideologi nasionalis mempunyai tujuan untuk memperjuangkan kehidupan bangsa Indonesia yang bebas. Bahkan cita-cita politiknya yaitu mencapai Indonesia merdeka dan berdaulat, serta mengusir penjajahan pemerintah kolonial Belanda di Indonesia.
Ideologi Komunis. Ideologi komunisme diperkenalkan kali pertama oleh Sneevliet, seorang pegawai perkereta-apian yang berkebangsaan Belanda. Ideologi komunisme ini diwujudkan dalam pembentukan organisasi yang bemama Indische Social Democratis The Vereeniging (ISDV). Organisasi ISDV sangat sulit mendapatkan dukungan dari rakyat karena rakyat kurang mempercayai orang Belanda.
Kesulitan memperoleh dukungan rakyat, Sneevliet kemudian menjalin hubungan dengan Semaun, seorang ketua cabang Sarekat Islam di Semarang. Terjalinnya hubungan antara Sneevliet dengan Semaun memunculkan pembentukan Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1920.
Gerakan PKI yang sangat radikal, dilanjutkan dengan melakukan pemberontakan tahun 1926 dan 1927. Namun akibat kegagalan dari pem-berontakan itu, PKI dijadikan sebagai partai teriarang di Indonesia pada masa kekuasaan kolonial Belanda.
Ideologi Demokrasi. Ideologi demokrasi pertama kali muncul di daerah Yunani dengan sistem demokrasi langsung. Artinya rakyat ikut serta menentukan jalannya suatu pemerintahan. Akan tetapi, sistem demokrasi ini tidak mungkin dapat dilaksanakan di Indonesia pada masa pergerakan Nasional. Hal ini disebabkan karena bangsa Indonesia masih berada di bawah penjajahan Belanda. Belanda tidak mungkin menerapkan sistem demokrasi di wilayah Indonesia, karena hal itu akan merugikan kekuasaan pemerintah kolonial Belanda.
Sistem demokrasi baru dapat terlaksana di wilayah Indonesia setelah Indonesia merdeka. Sistem demokrasi yang dilaksanakan di Indonesia dikenal dengan sistem demokrasi Pancasila.
Ideologi Pan-lslamisme. Ideologi Pan-Islamisme merupakan suatu paham yang bertujuan mempersatukan umat Islam sedunia. Ideologi ini muncul berkaitan erat dengan kondisi abad ke-19 yang merupakan kemunduran dunia Islam. Sementara itu, dunia Barat berada dalam kemajuan dan melakukan penjajahan terhadap negara-negara Islam, termasuk Indonesia yang mayoritas masyarakatnya beragama Islam.
Pan-Islamisme merupakan suatu gerakan yang radikal dan progresif. Hal ini sangat disadari oleh kaum atau negara-negara imperialisme Barat termasuk Belanda yang menjajah Indonesia. Semangat yang terkandung dalam gerakan Pan-Islamisme telah membangkitkan rasa kebangsaan yang kuat dengan didasari ikatan keagamaan. Ideologi ini telah mendorong munculnya organisasi-organisasi yang berdasarkan keagamaan di wilayah Indonesia seperti Sarekat Islam (SI), Muhammadiyah, dan lain-lain.

B. STRATEGI ORGANISASI PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA
Pada masa pergerakan nasional Indonesia ada dua hal yang patut dicatat sebagai momentum sejarah yang paling mendasar. Pertama, munculnya gerakan Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda. Perhimpunan Indonesia merupakan organisasi yang paling vokal dalam menyuarakan kemerdekaan Indonesia dengan cara melaksanakan aksi nasional dan percaya pada kekuatan sendiri. Perhimpunan Indonesia merupakan suatu gerakan yang mampu membangkitkan tujuan dan cita-cita untuk menentang imperialisme dan kolonialisme. Dengan segala tindakan politis yang progresif maka gerakan Perhimpunan Indonesia boleh dikatakan sebagai "manifesto politik" yang pertama dari semua gerakan nasional yang pemah ada sejak tahun 1908 hingga tahun 1920-an. Manifesto poliriknya adalah Indonesia Merdeka. Kedua, munculnya Sumpah Pemuda. Peristiwa itu merupakan kristalisasi dari seluruh aspirasi dan cita-cita masyarakat Indonesia waktu itu untuk bersatu memerdekakan diri dari penjajah. Landasan Sumpah Pemuda termuat dalam Triloginya yakni satu tanah air Indonesia, satu bangsa Indonesia dan satu bahasa Indonesia.
Dengan keadaan seperti itu, maka sejak tahun 1908 mulai berdiri dan berkembang organisasi-organisasi modern di Indonesia baik yang bersifat politik, ekonomi, maupun sosial dan budaya.

1. Budi Utomo (BU)
Pada abad ke-20 tampil beberapa dokter sebagai penggerak bangsa di kawasan Asia seperti Dr. Sun Yat Sen di Tiongkok, Dr. Jose Rizal di Filipina, serta di Indonesia tampil dokter-dokter seperti Dr. Wahidin Sudirohusodo, Dr. Sutomo, Dr. Cipto Mangunkusumo dan Dr. Gunawan Mangunkusumo. Para dokter itu bangkit karena dihadapkan pada penderitaan masyarakat baik dari segi ekonomi, fisik, maupun kemanusiaan.
Dokter Wahidin Sudirohusodo dengan giat menyebarkan cita-citanya agar di Pulau Jawa dapat dibentuk suatu perkumpulan yang bertujuan me-majukan pendidikan serta membiayai anak-anak yang tidak dapat bersekolah namun memiliki kepandaian. Cita-citanya itu mendapat sambutan dari siswa Sekolah Dokter Jawa di Jakarta seperti Sutomo, Gunawan Mangunkusumo, Cipto Mangunkusumo dan lain sebagainya. Akhirnya pada tanggal 20 Mei 1908 Sutomo dan kawan-kawannya mendirikan suatu perkumpulan yang di-berinama Budi Utomo di Jakarta. Kongres pertama diselenggarakan pada bulan Oktober 1908 dan berhasil memilih Adipati Tirtokusumo (seorang bupati) sebagai ketuanya dan Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai wakil ketuanya.
Untuk mendorong semangat para anggotanya, Budi Utomo mencanang-kan pedoman yaitu pemuda menjadi motornya dan orangtua menjadi sopirnya, supaya kapal tidak terdampar di laut karang dan selamat sampai di pelabuhan. Di samping itu, kongres menghasilkan suatu keputusan tentang tujuan dari pergerakannya, yaitu untuk menjamin dan mempertahankan kehidupan sebagai bangsa yang terhormat. Perkumpulan ini bergerak dalam bidang sosial, pendidikan, pengajaran, dan budaya.
Keanggotaan perkumpulan Budi Utomo semula terbatas hanya pada daerah Jawa dan Madura, kemudian ditambahkan dengan Bali, karena dianggap mempunyai kebudayaan yang sama. Jika dilihat dari keanggotaan-nya, perkumpulan ini bersifat kedaerahan (lokal). Walaupun demikian, perkumpulan itu juga sudah dapat dikatakan bersifat nasional. Hal ini terbukti ketika didirikannya perkumpulan partai-partai politik seperti Permufakatan Pemimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI), Budi Utomo ikut serta di dalamnya. Gerakan nasional Budi Utomo semakin bertambah jelas yaitu dengan diubahnya nama Budi Utomo menjadi Budi Utama (huruf a) dan juga terlihat dengan jelas tujuannya yaitu sejak tahun 1928 ikut serta melaksanakan cita-cita persatuan Indonesia.
Selanjutnya Budi Utomo mengadakan integrasi derigan organisasi seasas dan sehaluan. Atas pertimbangan itulah kemudian Budi Utomo lebur menjadi satu dengan PBI (Persatuan Bangsa Indonesia) menjadi Parindra (Partai Indonesia Raya).

2. Perhimpunan Indonesia (PI)
Gerakan pemuda pelajar yang ada di luar negeri (Belanda) sangat besar pengaruhnya terhadap gerakan politik dan pemuda di tanah air Indonesia. Pada tahun 1908, para pemuda Indonesia di negeri Belanda mendirikan perkumpulan dengan nama Indische Vereeniging. Perkumpulan ini bersifat sosial dengan tujuan awal adalah untuk mensejahterakan para anggotanya yang berada di negeri Belanda. Kedatangan Suwardi Suryaningrat dan kawan-kawannya ke negeri Belanda membawa pengaruh besar terhadap perkem-bangan perkumpulan ini. Terlebih lagi dengan berkecamuknya Perang Dunia I dan gema dari semboyan Woodrow Wilson (Presiden Amerika Serikat) yang menyatakan bahwa harus diakui adanya the right of set/determinations (menentukan nasib sendiri), Semboyan itu justru memberikan dorongan kepada anggota Indische Vereeniging untuk terus berjuang.
Pada tahun 1922, Indische Vereeniging diubah namanya menjadi Indonesische Vereeniging (Perhimpunan Indonesia). Dua tahun kemudian yaitu tahun 1924, Perhimpunan Indonesia dengan tegas menyatakan tujuannya untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Cara untuk mencapai kemerdekaan itu dilakukan dengan melaksanakan aksi nasional dan percaya pada kekuatan sendiri.
Perkumpulan ini mempunyai media majalah sebagai tempat untuk menyalurkan aspirasi dari setiap anggotanya. Majalah organisasi Perhimpun­an Indonesia bernama Hindia Putra dan kemudian menjadi Indonesia Merdeka. Para anggotanya mempunyai sikap dan sifat sendiri-sendiri, yaitu ada yang bersifat radikal revolusioner dan ada yang bersifat moderat. Kelompok radikal itu setelah menyelesaikan studinya dan kembali ke Indonesia pada tahun 1927 bergabung dengan para pejuang Indonesia untuk mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI).
Propaganda Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda dilakukan dengan aktif. Organisasi ini melakukan kontak dengan badan-badan internasional yang menguntungkan perjuangan bangsa Indonesia. Hubungan itu dilakukan dengan Association I' Etude des Civilisation Orientates (didirikan di Paris tahun 1925). Salah satu kegiatan Perhimpunan Indonesia pada tahun 1926-1927 adalah menghadiri kongres internasional seperti:
  • Kongres Demokrat Internasional di Bierville (1926) dan Perhimpunan Indonesia diwakili oleh Drs. Moh. Hatta.
  • Kongres Liga Melawan Imperialisme dan Penindasan di Brussel (1927) dan Perhimpunan Indonesia diwakili oleh Drs. Moh. Hatta.
Dalam kongres itu, Perhimpunan Indonesia berhasil menarik simpati liga dengan resolusinya yang mendukung gerakan kemerdekaan Indonesia, dan me-nuntut penghapusan intemiran yang terjadi atas orang-orang Indonesia. Namun gerakan Perhimpunan Indonesia yang lincah dan gesit itu justru mengundang kecurigaan dari pemerintah kolonial Belanda. Aktivitas Perhimpunan Indonesia dihubungkan dengan terjadinya pemberontakan PartaiKomunis Indonesia (PKl) tahun 1926-1927. Akibatnya para pemimpinnya ditangkap seperti Drs. Moh Hatta, Ali Sastroamidjojo, Abdul Madjid Djojodiningrat, Nasir Datuk Pamuntjak. Ketika para perniinpin Perhimpunan Indonesia ini diajukan ke pengadilan, Drs. Moh Hatta membuat pidato pembelaan yang cemerlang dengan judul Indonesia Merdeka. Pembela terdakwa dalam segi hukum dilakukan oleh Mr. Dyus (seorang anggota partai buruh). Karena tidak terbukti bersalah, maka pada tahun 1928 mereka dibebaskan.
Peristiwa penangkapan para terdakwa menimbulkan rasa simpati yang besar di Indonesia. PNI mengadakan rapat untuk memberikan dukungan kepada para mahasiswa Indonesia di negeri Belanda. Atas anjuran PNI, PPPKI menempatkan Perhimpunan Indonesia sebagai pos terdepan dalam memperjuangkan Indonesia merdeka.

3. Sarekat Islam
Pada tahun 1911 di kota Solo muncul perkumpulan dagang Islam yang bernama Sarekat dagang Islam dengan Haji Samanhudi sebagai pemimpin. Sebenarnya perkumpulan ini telah ada sejak tahun 1909, yaitu ketika berada di bawah pimpinan RM. Tirtoadisuryo yang beranggotakan para pedagang Islam. Sejak dipimpin oleh Haji Samanhudi perkumpulan itu menjadi sangat berarti dan berpengaruh luas di kalangan para pedagang Islam.
Namun kemudian, seorang intelektual dari Surabaya yang bernama Haji Omar Said (HOS) Cokroaminoto yang sekaligus sebagai promotornya mengubah perkumpulan Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam (SI). Perubahan itu ternyata berpengaruh besar terhadap sistem keanggotaannya. Anggotanya bukan lagi hanya para pedagang Islam saja, tetapi sudah men-cakup seluruh umat Islam dari berbagai lapisan masyarakat. Perubahan nama itu terjadi pada tahun 1912 yang mengandung isi dan jiwa serta terfokus pada agama Islam dengan segala manifestasinya.
Sementara itu, keterlibatan Sarekat Islam dalam Volksraad (Dewan Rakyat) diprotes keras oleh anggotanya, seperti Semaun. Namun, Sarekat Islam tetap ingin menunjukkan kesetiaannya kepada pemerintah, walaupun pemerintah mengetahui bahwa organisasi itu sangat berpengaruh besar terhadap masyarakat. Untuk itu, pemerintah Belanda secara terus-menerus mengikuti jejak dan gerak-gerik Sarekat Islam dari dekat. Wakil-wakil Sarekat Islam yang duduk dalam badan itu adalah Abdul Muis (pengarang) dan HOS Cokroaminoto (organisatoris dan orator).
Ternyata pengaruh pergerakan Sarekat Islam di masyarakat sangat kuat. Pengaruhnya menyebar ke seluruh wilayah Indonesia sehingga menimbulkan pemberontakan, seperti berikut ini.
  • Pemberontakan di Toli-Toli (Sulawesi Selatan); pemberontak­an ini menimbulkan korban jiwa, yaitu seorang pegawai negeri Belanda dan beberapa orang pegawai bangsa Indonesia. Pem­berontakan itu dihubungkan dengan kedatangan Abdul Muis ke Sulawesi, yang kebetulan ada keperluan dengan partainya, sehingga ia dituduh terlibat dalam pemberontakan itu.
  • Pemberontakan Cimareme (Jawa barat); pemberontakan ini terjadi karena adanya protes kaum petani yang menolak menyerahkan padinya kepada pemerintah dengan harga yang telah ditetapkan. Dalam pemberontakan itu, Sarekat Islam juga dituduh terlibat.
Pada tahun 1920, berdiri Partai Komunis Indonesia (PKI) di Indonesia dengan Semaun sebagai ketuanya. Jabatan Semaun itu sangat membahayakan bagi perkembangan Sarekat Islam, karena pada saat itu Semaun juga menjabat sebagai Ketua Sarekat Islam cabang Semarang. Oleh karena itu, pada tahun 1921, Sarekat Islam mengeluarkan peraturan yang menyangkut tentang disiplin organisasi dan menyatakan melarang semua anggota Sarekat Islam untuk menjadi anggota organisasi lainnya. Larangan itu diprotes oleh Semaun. Dengan demikian, Sarekat Islam tidak dapat mempertahankan keutuhan organisasinya dan terpecah menjadi Sarekat Islam Merah yang dipimpin oleh Semaun dan Sarekat Islam Putih yang dipimpin oleh HOS Cokroaminoto. Namun Sarekat Islam sampai pada saat itu belum memakai nama partai.
Pada tahun 1929, Sarekat Islam menyatakan diri menjadi partai dengan nama Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Tahun itu juga menjadi sangat penting bagi Sarekat Islam, karena selain kehilangan banyak anggotanya, Sarekat Islam juga mengambil langkah-langkah radikal, yaitu keluar dari Volksraad. Hal itu merupakan langkah dan taktik nonkooperasi yang dilaksanakan oleh Sarekat Islam kepada pemerintah kolonial Belanda.
Kemudian pada tahun 1930, Sarekat Islam mengalami kemerosotan akibat adanya berbagai perpecahan dalam tubuh organisasi itu. Sarekat Islam terbagi menjadi tiga partai yakni PSII Kartosuwiryo, PSII Abikusno, dan Partai Sarekat Islam Indonesia. Partai ini terhenti aktivitasnya setelah Jepang menduduki wilayah Indonesia.

4. Indische Partij
Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat adalah tiga tokoh pendiri Indische Partij (1912). Semboyan partai itu adalah Hindia for Hindia, yang berarti Indonesia hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang menetap dan bertempat tinggal di Indonesia tanpa terkecuali dan tanpa memandang apapun jenis bangsanya. Hindia adalah sebutan untuk Indonesia waktu itu.
Tujuan partai itu adalah untuk mempersiapkan kehidupan bangsa Indonesia yang merdeka. Anggotanya terbuka bagi seluruh masyarakat yang bertempat tinggal di seluruh wilayah Indonesia. Namun pada kenyataan-nya, yang mula-mula menjadi anggota partai ini adalah orang-orang Indo Eropa. Oleh karena itu, partai ini tidak dapat berkembang menjadi partai massa. Hal itu disebabkan oleh stelsel kolonial masih menjadi penghalang dalam proses interaksi ataupun pergaulan dengan orang-orang asing di Indonesia.
Indische Partij telah menunjukkan garis politiknya secara jelas dan tegas serta menginginkan suatu kesatuan penduduk yang multirasial. Tujuan partai ini benar-benar revolusioner, karena ingin mendobrak kenyataan politik rasial yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda di Indonesia. Tindakan itu terlihat nyata ketika pada tahun 1913 pemerintah kolonial Belanda akan mengadakan upacara peringatan 100 tahun bebasnya negeri Belanda dari jajahan Perancis (Napoleon Bonaparte), dengan cara memungut dana dari rakyat Indonesia. Tindakan itu membakar kemarahan tokoh bangsa Indonesia seperti Suwardi Suryaningrat, Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker. Mereka ingin menggagalkan niat Belanda dengan menyebarkan brosur yang berjudul A/s ik een Nederlander was (Andaikan aku seorang Belanda). Isi brosur itu di antaranya sebagai berikut.
"..... Seandainya aku seorang Belanda, aku protes peringatan yang akan diadakan itu. Aku akan peringatkan kawan-kawan penjajah bahwa sesungguhnya sangat berbahaya pada saat itu mengadakan perayaan peringatan kemerdekaan. Aku akan peringatkan semua bangsa Belanda, jangan menyinggung peradaban bangsa Indonesia yang baru bangun dan menjadi berani. Sungguh aku akan protes sekeras-kerasnya ....."
Kecaman yang semakin keras menentang pemerintah kolonial Belanda, menyebabkan ketiga tokoh Indische Partij ditangkap. Pada tahun 1913 mereka diasingkan ke negeri Belanda. Namun pada tahun 1914, Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia karena sakit, sedangkan Suwardi Suryaningrat dan Douwes Dekker baru dikembalikan ke Indonesia pada tahun 1919.
Douwes Dekker tetap terjun ke dunia politik dan Suwardi Suryaningrat terjun ke dunia pendidikan dan selanjutnya mendirikan perguruan yang diberi nama Taman Siswa. Suwardi Suryaningrat kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Walaupun Indische Partij tidak dapat melawan kehendak Belanda, namun perjuangan mereka tetap punyai arti yang sangat besar dalam pergerakan kebangsaan Indonesia untuk mencapai kemerdekaan.

5. Muhammadiyah
            Muhammadiyah berdiri pada 18 Nopember 1912 di Yogyakarta didirikan oleh KH Ahmad Dahlan (1868-1923) seorang ulama besar dari Yogyakarta. Dengan tujuan : (1) mengembangkan dan mengamalkan ajaran agama Islam sesuai perintah dan ajaran Nabi Muhammad secara murni dan konsisten; (2) membantu dan meningkatkan kehidupan masyarakat agar tercipta masyarakat utama yang diridhoi Allah Yang Maha Kuasa; (3) memajukan pendidikan di Indonesia.
            Amal usaha yang dilakukan Muhammadiyah dalam upaya menjunjung tinggi dan menegakkan agama Islam, meliputi : (1) mendirikan, memelihara, dan membantu mendirikan sekolah-sekolah berdasarkan agama Islam untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia; (2) Mendirikan dan memelihara tempat ibadah; (3) mendirikan dan memelihara rumah sakit untuk menjaga kesehatan masyarakat; (4) mendirikan dan memelihara panti asuhan untuk anak yatim piatu; (5) membentuk badan perjalanan haji ke tanah suci; (6) membentuk organisasi otonom untuk menampung masyarakat sesuai usia, jenis kelamin untuk berjuang meningkatkan martabat sebagai orang Islam.
            Organisasi ini bernama Muhammadiyah yang artinya pengikut Nabi Muhammad Solollohu Alaihi Wasalam. yang menghimpun semua potensi agar berjuang meningkatkan perjuangan dakwah amar makruf nahi mungkar, maka dibentuk organisasi dibawah naungan Muhammadiyah atau organisasi otonom untuk bebagai usia dan kategori jenis kelamin, yaitu : (1) Aisyiyah : untuk menghimpun ibu-ibu yang beragama Islam (2) Pemuda Muhammadiyah : untuk menghimpun anak muda laki=laki dari usia 18 - 40 tahun; (3) Nasyiatul Aisyiyah : untuk menghimpun perempuan muda usia 18 - 40 tahun;(4)  Ikatan Pelajar Muhammadiyah : untuk menghimpun pelajar dengan batasan usia maksimal 25 tahun; (5) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah : untuk menghimpun mahasiswa Islam; (6) Kepanduan Hizbul Wathan : untuk menggembangkan kepanduan dikalangan warga Muhammadiyah; (7) Tapak Suci Putra Muhammadiyah : untuk memajukan beladiri umat Islam

6. Partai Komunis Indonesia (PKI)
Pada abad ke-20 datang beberapa pegawai bangsa Belanda yang berhaluan komunis di Indonesia. Salah satu di antaranya adalah Sneevliet. Di samping sebagai pegawai, Sneevliet juga aktif menyebarkan paham komunis. Sneevliet menyadari bahwa usahanya untuk mendapatkan dukungan rakyat Indonesia melalui organisasi yang akan didirikannya itu tidak mungkin berhasil. Oleh karena itulah ia menjalin hubungan dengan Semaun yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Sarekat Islam cabang Semarang.
Pada tahun 1914 Sneevliet men-dirikan organisasi yang bercorak Marxis dengan nama Indische Social Demokratische Vereeniging (ISDV) yang berpusat di Semarang. Bersama dengan Semaun, Sneevliet berhasil mengembangkan  ISDV  yang berpaham Marxis dan mempenga-ruhi anggota-anggota dari Sarekat Islam. Hal mi pula yang menyebab-kan Sarekat Islam pecah menjadi dua, yaitu Sarekat Islam Putih dengan pemimpinnya HOS Cokroaminoto dan Sarekat Islam Merah dengan pemimpinnya Semaun.
Pada tahun 1920 Sarekat Islam Merah bergabung dengan ISDV dan membentuk Partai Komunis Indo­nesia (PKI). Partai ini diketuai oleh Semaun dan wakilnya Darsono. Akan tetapi beberapa tokoh bangsa Belanda yang tidak menyetujui pembentukkan PKI akhirnya memisahkan diri dan kemudian membentuk Indische Social Demokratische Party (ISDP) dengan F. Bahler sebagai ketuanya.
Hubungan PKI dengan pemerintah kolonial Belanda semakin renggang bahkan semakin memburuk. Hal ini sebagai akibat timbulnya pemogokan-pemogokan yang mengarah kepada masalah timbulnya konflik antara pemerintah kolonial Belanda dengan PKI.
Kemudian pada tahun 1926 PKI melakukan pemberontakan di wilayah Jawa Barat (sekitar daerah Banten) dan pada tahun 1927 di Sumatera Barat. Dengan kegagalan pemberontakan PKI tersebut, maka pada tahun 1927 pemerintah kolonial Belanda menyatakan PKI sebagai partai terlarang berdiri di wilayah Indonesia.
Setelah pemberontakan itu gagal, Musso, Alimin dan tokoh-tokoh PKI lainnya melarikan diri ke luar negeri. Pemimpin PKI yang tidak setuju melakukan pemberontakan lari ke Thailand dan kemudian mendirikan partai baru yang bernama Partai Republik Indonesia (PARI) yang berpusat di Bangkok (1927).

7. Partai Nasional Indonesia (PNI)
Ketika Budi Utomo, Sarekat Islam, dan PKI berkembang, terdapat pula golongan intelektual yang ikut ambil bagian dalam pergerakan nasional Indonesia. Mereka bergerak melalui klubnya dengan tujuan yang bersifat nasional. Klub itu adalah Aglemen Studie Club di Bandung dan Indische Studie Club di Surabaya serta klub-klub lainnya yang terdapat di seluruh kota-kota di wilayah Indonesia.
Klub-klub itu tumbuh menjadi partai-partai politik yang bersifat nasional. Aglemen Studie Club di Bandung tumbuh menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Indische Studie Club di Surabaya tumbuh menjadi Partai Bangsa Indonesia (FBI) dan kemudian menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra).
Pada tahun 1927, PNI didirikan oleh tokoh-tokoh seperti Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Sartono SH, Budiarto SH, dan Dr. Samsi. PNI sebagai partai yang bersifat nasional mengalami perkembangan yang sangat pesat, bahkan dalam waktu yang sangat singkat telah berhasil menarik perhatian dan simpati massa. Golongan nasionalis yang revolusioner dapat tertampung pada partai ini.
Pada tahun 1927, PNI memprakarsai berdirinya PPPKI (Permufakatan Per­himpunan Politik Kebangsaan Indonesia). Badan ini merupakan sebuah badan koordinasi dari bermacam aliran untuk menggalang kesatuan aksi melawan imperialisme atau penjajahan.
Munculnya berita provokatif yang menyatakan bahwa PNI akan melaksanakan pemberontakan, mengakibatkan pemerintah Belanda melaku-kan penangkapan para pemimpin PNI. Para pemimpin PNI yang berhasil ditangkap adalah Ir. Soekamo, Gatot Mangkupraja, Maskun, dan Suriadinata. Kemudian keempat tokoh itu dihadapkan pada pengadilan di Bandung tahun 1930. Dalam persidangan itu, Ir. Soekarno mengajukan pidato pembelaan yang berjudul Indonesia Menggugat. Pembela para pejuang bangsa Indonesia adalah Sartono SH, Sastromuljono SH, dan Idik Prawiradiputra SH. Adapun sebagai hakim pada persidangan itu adalah Mr. Dr. R. Siegembeek van Hoekelen. Pengadilan negeri Bendung menjatuhkan hukuman kepada Ir. Soekarno dengan 4 tahun penjara, Maskun 2 tahun penjara, Gatot Mangkupraja 1 tahun 8 bulan, dan Suriadinata 1 tahun 3 bulan.
Dasar perjuangan PNI adalah sosio-nasionalis dan sosio-demokratis yang disingkat menjadi Marhaenisme. Sikapnya terhadap pemerintah kolonial Belanda adalah nonkooperatif. Prinsip itu sama dengan prinsip perjuangan dari Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda. Hal ini disebabkan PNI mem-punyai hubungan yang sangat erat dengan Perhimpunan Indonesia, sehingga pengaruhnya sangat besar terhadap PNI.

8. Partai Indonesia (Partindo)
Karena para pemimpin PNI berhasil ditangkap, maka pimpinan partai dipegang oleh Sartono SH. Namun, Sartono merasa khawatir atas kelanjutan dan perkembangan PNI. Sartono mengkhawatirkan PNI akan bernasib seperti PKI yang dianggap sebagai partai terlarang oleh pemerintah kolonial Belanda. Kekhawatiran Sartono itu sangat berpengaruh terhadap anggota-anggotanya. Demi keselamatan, PNI akhirnya dibubarkan dan berdiri partai baru yaitu Partai Indonesia (Partindo) tahun 1931. Akan tetapi, mereka yang tidak menyetujui terhadap pembubaran PNI itu akhirnya membentuk partai lain dengan nama PNI Baru atau PNI Pendidikan.
Setelah Ir. Soekarno dibebaskan dari penjara tahun 1931, ia memilih Partindo sebagai alat perjuangannya. Kehadiran Ir. Soekarno dalam Partindo membangkitkan semangat perjuangan anggota Partindo, sekaligus juga meng­khawatirkan pemerintah kolonial Belanda. Ir. Soekarno ditangkap lagi dan dibuang ke Ende di Pulau Flores. Pada tahun 1937 dipindahkan ke Bengkulu dan tahun 1943 dibebaskan oleh Jepang.

8. Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Pendidikan)
Mereka yang tidak setuju dengan pembubaran PNI, membentuk partai politik dengan nama Pendidikan Nasional Indonesia (PNI Pendidikan) yang dipimpin oleh Drs. Moh Hatta dan Sutan Sjahrir. Partai ini berpusat di Bandung. Prinsip perjuangan PNI Pendidikan adalah berpegang teguh pada prinsip nonkooperatif. Model perjuangannya sama dengan apa yang pernah dilakukan oleh Perhimpunan Indonesia, Partai Nasional Indonesia, dan Partai Indonesia. Partai ini lebih banyak mendapat pengaruh di daerah pedesaan.
Ternyata gerakan partai ini dianggap sangat membahayakan kedudukan pemerintah Belanda. Oleh karena itu, para pemimpinnya ditangkap dan dibuang ke Digul (1934). Pada tahun 1936 mereka dipindahkan ke negeri Belanda, tahun 1942 dipindahkan ke Sukabumi hingga datangnya Jepang.

9. Partai Indonesia Raya (Parindra)
Cikal bakal Partai Indonesia Raya (Parindra) adalah Indische Studie Club di Surabaya yang dipimpin oleh Dr. Sutomo. Pada tahun 1931, per-kumpulan ini kemudian diubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (FBI). Tujuan perjuangannya adalah untuk menyempurnakan derajat bangsa Indonesia dengan melakukan hal-hal yang nyata dan dapat dirasakan oleh rakyat banyak, seperti memajukan pendidikan, mendirikan koperasi rakyat, mendirikan bank-bank untuk rakyat dan juga mendirikan persatuan nelayan.
PB1 berkali-kali mengadakan pendekatan dengan Budi Utomo. Dalam usaha mengadakan pendekatan itu, yang memegang peranan penting adalah Dr. Sutomo (ketua FBI dan juga salah seorang pendiri Budi Utomo). Peng-gabungan kedua organisasi itu terjadi pada tahun 1935 dan selanjutnya berdiri Fartai Indonesia Raya (Parindra). Tujuan dari Parindra itu adalah untuk mencapai Indonesia Raya, dengan ketuanya Dr. Sutomo dan kota Surabaya dijadikan sebagai kota pusat segala kegiatannya.
Perkembangan selanjutnya, banyak organisasi yang bergabung dengan Parindra, seperti Sarekat Sumatera, Sarekat Ambon, Kaum Betawi, Timore Verbond dan sebagainya. Taktik perjuangannya adalah kooperatif yang insidental (bekerja sama dengan pemerintah kolonial Belanda). Ternyata taktik itu menguntungkan bangsa dan pergerakan nasional Indonesia. Seorang tokoh Parindra yang duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat) adalah Muhammad Husni Thamrin. la dikenal sebagai seorang ahli debat karena seringnya melontarkan kecaman-kecaman terhadap pemerintah kolonial Belanda dalam sidang Dewan Rakyat tersebu

Rabu, 23 Mei 2012

PENDIDIKAN BERBASIS PESANTREN

Pesantren, pondok pesantren, atau sering disingkat pondok atau ponpes, adalah sekolah Islam berasrama yang terdapat di Indonesia.[rujukan?] Pendidikan di dalam pesantren bertujuan untuk memperdalam pengetahuan tentang al-Qur'an dan Sunnah Rasul, dengan mempelajari bahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasa-bahasa Arab.[rujukan?] Para pelajar pesantren (disebut sebagai santri) belajar di sekolah ini, sekaligus tinggal pada asrama yang disediakan oleh pesantren.[rujukan?] Institusi sejenis juga terdapat di negara-negara lainnya; misalnya di Malaysia dan Thailand Selatan yang disebut sekolah pondok, serta di India dan Pakistan yang disebut
Umumnya, suatu pondok pesantren berawal dari adanya seorang kyai di suatu tempat, kemudian datang santri yang ingin belajar agama kepadanya.[rujukan?] Setelah semakin hari semakin banyak santri yang datang, timbullah inisiatif untuk mendirikan pondok atau asrama di samping rumah kyai.[rujukan?] Pada zaman dahulu kyai tidak merencanakan bagaimana membangun pondoknya itu, namun yang terpikir hanyalah bagaimana mengajarkan ilmu agama supaya dapat dipahami dan dimengerti oleh santri.[rujukan?] Kyai saat itu belum memberikan perhatian terhadap tempat-tempat yang didiami oleh para santri, yang umumnya sangat kecil dan sederhana.[rujukan?] Mereka menempati sebuah gedung atau rumah kecil yang mereka dirikan sendiri di sekitar rumah kyai.[rujukan?] Semakin banyak jumlah santri, semakin bertambah pula gubug yang didirikan.[rujukan?] Para santri selanjutnya memopulerkan keberadaan pondok pesantren tersebut, sehingga menjadi terkenal kemana-mana, contohnya seperti pada pondok-pondok yang timbul pada zaman Walisongo.[1]
Pondok Pesantren di Indonesia memiliki peran yang sangat besar, baik bagi kemajuan Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia secara keseluruhan. Berdasarkan catatan yang ada, kegiatan pendidikan agama di Nusantara telah dimulai sejak tahun 1596. Kegiatan agama inilah yang kemudain dikenal dengan nama Pondok Pesantren. Bahkan dalam catatan Howard M. Federspiel- salah seorang pengkaji ke-Islaman di Indonesia, menjelang abad ke-12 pusat-pusat studi di Aceh (pesantren disebut dengan nama Dayah di Aceh) dan Palembang (Sumatera), di Jawa Timur dan di Gowa (Sulawesi) telah menghasilkan tulisan-tulisan penting dan telah menarik santri untuk belajar.[2]
Pesantren pada mulanya merupakan pusat penggemblengan nilai-nilai dan penyiaran agama Islam.[rujukan?] Namun, dalam perkembangannya, lembaga ini semakin memperlebar wilayah garapannya yang tidak melulu mengakselerasikan mobilitas vertical (dengan penjejelan materi-materi keagamaan), tetapi juga mobilitas horizontal (kesadaran sosial).[rujukan?] Pesantren kini tidak lagi berkutat pada kurikulum yang berbasis keagamaan (regional-based curriculum) dan cenderung melangit, tetapi juga kurikulum yang menyentuh persoalan kikian masyarakat (society-based curriculum).[rujukan?] Dengan demikian, pesantren tidak bisa lagi didakwa semata-mata sebagai lembaga keagamaan murni, tetapi juga (seharusnya) menjadi lembaga sosial yang hidup yang terus merespons carut marut persoalan masyarakat di sekitarnya.[4]
Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang merupakan produk budaya Indonesia.[rujukan?] Keberadaan Pesantren di Indonesia dimulai sejak Islam masuk negeri ini dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan yang sebenarnya telah lama berkembang sebelum kedatangan Islam.[rujukan?] Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama berurat akar di negeri ini, pondok pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa.[5]
Banyak pesantren di Indonesia hanya membebankan para santrinya dengan biaya yang rendah, meskipun beberapa pesantren modern membebani dengan biaya yang lebih tinggi.[rujukan?] Meski begitu, jika dibandingkan dengan beberapa institusi pendidikan lainnya yang sejenis, pesantren modern jauh lebih murah.[rujukan?] Organisasi massa (ormas) Islam yang paling banyak memiliki pesantren adalah Nahdlatul Ulama (NU).[rujukan?] Ormas Islam lainnya yang juga memiliki banyak pesantren adalah Al-Washliyah dan Hidayatullah.[rujukan?]

Jenis pesantren

Seiring perkembangan zaman, serta tuntutan masyarakat atas kebutuhan pendidikan Umum, kini banyak pesantren yang menyediakan menu pendidikan umum dalam pesantren. kemudian muncul istilah pesantren Salaf dan pesantren Modern, pesantren Salaf adalah pesantren yang murni mengajarkan Pendidikan Agama sedangkan Pesantren Modern menggunakan system pengajaran pendidikan umum atau Kurikulum.

Pesantren salafi

Pesantren yang hanya mengajarkan ilmu agama Islam saja umumnya disebut pesantren salafi.[rujukan?] Pola tradisional yang diterapkan dalam pesantren salafi adalah para santri bekerja untuk kyai mereka - bisa dengan mencangkul sawah, mengurusi empang (kolam ikan), dan lain sebagainya - dan sebagai balasannya mereka diajari ilmu agama oleh kyai mereka tersebut.[rujukan?] Sebagian besar pesantren salafi menyediakan asrama sebagai tempat tinggal para santrinya dengan membebankan biaya yang rendah atau bahkan tanpa biaya sama sekali.[rujukan?] Para santri, pada umumnya menghabiskan hingga 20 jam waktu sehari dengan penuh dengan kegiatan, dimulai dari salat shubuh di waktu pagi hingga mereka tidur kembali di waktu malam.[rujukan?] Pada waktu siang, para santri pergi ke sekolah umum untuk belajar ilmu formal, pada waktu sore mereka menghadiri pengajian dengan kyai atau ustadz mereka untuk memperdalam pelajaran agama dan al-Qur'an.[rujukan?]

Pesantren modern

Ada pula pesantren yang mengajarkan pendidikan umum, dimana persentase ajarannya lebih banyak ilmu-ilmu pendidikan agama Islam daripada ilmu umum (matematika, fisika, dan lainnya).[rujukan?] Ini sering disebut dengan istilah pondok pesantren modern, dan umumnya tetap menekankan nilai-nilai dari kesederhanaan, keikhlasan, kemandirian, dan pengendalian diri.[rujukan?] Pada pesantren dengan materi ajar campuran antara pendidikan ilmu formal dan ilmu agama Islam, para santri belajar seperti di sekolah umum atau madrasah.[rujukan?] Pesantren campuran untuk tingkat SMP kadang-kadang juga dikenal dengan nama Madrasah Tsanawiyah, sedangkan untuk tingkat SMA dengan nama Madrasah Aliyah.[rujukan?] Namun, perbedaan pesantren dan madrasah terletak pada sistemnya. Pesantren memasukkan santrinya ke dalam asrama, sementara dalam madrasah tidak.[rujukan?]


Senin, 16 April 2012

AMALAN-AMALAN YANG BAIK

Berikut ini akan kami sebutkan amalan-amalan maupun ucapan-ucapan secara berurutan dan singkat, dengan disertai dalil dari setiap ucapan atau amalan yaitu dalil-dalil dari Kitabullah atau dari hadits-hadits yang shahih dan hasan. Allah-lah Yang Maha Pemberi taufiq untuk setiap kebaikan.
1. Silaturrahim
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya, dipanjangkan umurnya, maka hendaknya menyambung (tali) silaturrahimnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Berakhlaq yang mulia
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:
“Silaturrahim, berbudi mulia dan ramah pada tetangga (dapat) mendirikan kabilah dan menambah umur.” (HR. Ahmad dan Baihaqi).
3. Memperbanyak shalat di Haramain Syarifain
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Shalat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih baik dari seribu (shalat) daripada yang lain kecuali Masjidil Haram, dan shalat di Masjid haram itu lebih baik dari seratus ribu (shalat) daripada yang lain.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
4. Shalat berjama’ah bersama imam
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Shalat berjama’ah itu lebih baik daripada shalat sendiri dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Adapun perempuan shalat di rumah, dan hal itu lebih baik daripada mereka shalat di masjid, walaupun di Masjid nabawi. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam kepada Ummu Humaid-salah satu dari shahabiyat- yang artinya:
“Aku tahu bahwa kamu senang shalat bersamaku, tapi shalatmu di rumahmu itu lebih baik bagimu daripada shalatmu di kamarmu. Dan shalatmu di kamarmu itu lebih baik bagimu daripada shalatmu di tempat tinggalmu. Dan shalatmu di tempat tinggalmu lebih baik bagimu daripada shalatmu di Masjidku.” (HR. Ahmad).
Lalu setelah ini beliau Radhiyallahu ‘anha shalat di penghujung rumahnya di tempat yang gelap sampai beliau menemui ajalnya.
5. Melaksanakan shalat nafilah (sunnah) di rumah
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Keutamaan shalat seorang laki-laki di rumahnya dengan shalat yang dilihat oleh orang banyak seperti halnya keutamaan shalat fardhu atas shalat sunnah.” (HR. Baihaqi dan dishahihkan olah Albani).
Bukti yang menguatkan hal itu juga sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shahih:
“Sebaik-baik shalat seseorang adalah di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Bukhari dan Muslim).
6. Berhias dengan beberapa adab pada hari Jum’at
Yaitu yang terdapat pada sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Barangsiapa yang mandi (janabat) pada hari Jum’at kemudian berangkat di awal waktu, mendapatkan khutbah pertama, berjalan kaki tidak naik kendaraan, mendekat dari imam, mendengarkan khutbah dan tidak berbicara maka baginya setiap langkahnya adalah (bagaikan) amalan setahun dari pahala puasa dan shalat (taraweh)nya.” (HR. Ahlus Sunan).
Arti: “Ghassala” adalah membasuh kepalanya, dan ada yang mengartikan: “Menggaulinya isterinya agar matanya tidak melihat yang haram pada hari itu. Sedang arti: “Bakkara” adalah berangkat (ke masjid) di awal waktu. Dan “Ibtikara” adalah mendapatkan khutbah pertama.
7. Shalat Dhuha
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Bila masuk waktu pagi maka setiap jari-jari tangan kamu ada kewajiban shadaqah, lalu setiap (bacaan) tasbih adalah shadaqah, tahmid adalah shadaqah, tahlil adalah shadaqah, takbir adalah shadaqah, amar ma’ruf adalah shadaqah, nahi mungkar adalah shadaqah, dan cukup dari itu semuanya dengan shalat dua raka’at waktu Dhuha.” (HR. Muslim).
Makna: “Sulamaa” adalah lipatan-lipatan organ tubuh seseorang yang berjumlah 360 lipatan/engsel. Dan sebaik-baik waktu shalat Dhuha itu tatkala matahari sangat panas, berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Shalat orang-orang yang bertaubat itu ketika anak unta itu terasa sangat panas.” HR. Muslim).
Maksudnya: tatkala anak unta itu berdiri dari tempatnya karena terik matahari yang sangat panas.
8. Menghajikan orang lain atas biayanya setiap setahun
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Kerjakanlah haji dan umrah itu berturut-turut, karena sesungguhnya ia (dapat) menghilangkan kefaqiran dan dosa seperti ubupan (alat peniup api) tukang besi yang menghilangkan karat besi, emas dan perak.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Albani).
Dan kadang-kadang seseorang tidak bisa melakukan haji setiap tahun, oleh karena itu hendaknya ia menghajikan orang –atas biayanya- yang mampu badannya (dalam mengadakan perjalanan ke Baitullah).
9. Shalat setelah terbitnya matahari
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Barangsiapa shalat subuh dengan berjama’ah kemudian ia duduk sambil berdzikir kepada Allah sampai terbitnya matahari lalu shalat dua raka’at maka baginya seperti ibadah haji dan umrah yang sempurna, yang sempurna, yang sempurna.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Albani).
10. Menghadiri halaqah-halaqah ilmu di masjid
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Barangsiapa yang berangkat ke masjid dia tidak menginginkan kecuali untuk belajar sesuatu kebaikan atau mengajarinya maka baginya adalah seperti pahala orang yang beribadah haji dengan sempurna.” (HR. Ath-Thabrani dan dishahihkan oleh Albani).
11. Melaksanakan umrah pada Bulan Ramadhan
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Umrah di Bulan Ramadhan sama dengan haji bersamaku.” (HR. Bukhari).
12. Melaksanakan shalat lima waktu di masjid
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk shalat fardhu maka pahalanya seperti haji.” (HR. Abu Daud dan dishahihkan olah Albani).
Dan yang lebih utama agar keluar dari rumahnya sudah dalam keadaan suci, bukan bersuci di toilet masjid kecuali dalam keadaan terpaksa dan darurat.
13. Hendaknya berada di shaf yang pertama
Berdasarkan ucapan “irbadh bin sariyah Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memintakan ampunan (kepada Allah) bagi orang yang berada di shaf yang pertama tiga kali, dan shaf yang kedua satu kali. (HR. an-Nasai dan Ibnu Majah).
Dan berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam juga yang artinya:
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-Nya membacakan shalawat kepada orang-orang yang ada di shaf pertama.” (HR. Ahmad dengan sanad yang baik).
14. Shalat di Masjid Quba
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Barangsiapa yang bersuci dari rumahnya kemudian ia datang ke Masjid Quba lalu shalat di dalamnya maka baginya seperti pahala umrah.” (HR. an-Nasai dan Ibnu Majah).
15. Menjadi Tukang Adzan
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Tukang adzan itu akan diampuni (dosanya) sepanjang suaranya (terdengar), dan dibenarkan oleh orang yang mendengarkannya baik basah maupun kering dan juga baginya pahala orang yang shalat bersamanya.” (HR. Ahmad dan an-Nasai).
Apabila anda tidak dapat menjadi tukang adzan itu maka paling tidak anda harus mendapatkan pahala yang setimpal dengannya, yaitu:
16. Untuk mengucapkan seperti yang dikatakan oleh tukang adzan itu
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Katakanlah seperti yang dikatakan oleh muadzin, bila kamu sudah selesai maka mohonlah (kepada Allah) niscaya dia akan memberimu.” (HR. Abu Daud dan an-Nasai).
Maksudnya: memohonlah setelah kamu selesai menjawab muadzin itu.
17. Puasa Ramadhan dan enam hari di Bulan Syawwal setelahnya
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Barangsiapa Puasa Ramadhan kemudian diikuti enam hari di Bulan Syawwal maka (pahalanya) seperti puasa setahun.” (HR. Muslim).
18. Puasa tiga hari setiap bulan (tanggal: 13, 14 dan 15 Bulan Qomariyah)
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Barangsiapa puasa tiga hari dari setiap bulan maka itulah (pahalanya seperti) puasa setahun.” Kemudian Allah menurunkan firman-Nya sebagai pembenaran dalam kitab-Nya yang artinya: “Barangsiapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.” (QS. Al An’am:160). Satu hari sama dengan sepuluh hari (HR. at-Tirmidzi).
19. Memberi makanan untuk berbuka puasa bagi orang-orang yang berpuasa
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Barangsiapa yang memberikan makanan untuk berbuka puasa bagi orang yang berpuasa maka baginya seperti pahalaya tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala orang yang berpuasa itu.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).
20. Shalat pada malam Lailatul Qadr
Berdasarkan firman Allah Ta’ala yang artinya:
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qadr:3).
Maksudnya: lebih baik daripada ibadah selama 83 tahun kira-kira.
21. Jihad
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Kedudukan seseorang dalam shaf (jihad) fi sabilillah lebih baik daripada ibadah enam puluh tahun.” (HR. Hakim dan dishahihkan oleh Albani).
Dan ini merupakan keutamaan kedudukan/posisi dalam shaf (jihad), lalu bagaimana dengan orang yang berjihad fi sabilillah dalam tempo berhari-hari, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun?
22. Ar Ribath (bersiap siaga di perbatasan musuh)
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Barangsiapa yang tetap bersiap siaga (diperbatasan musuh) fi sabilillah dalam satu hari satu malam maka baginya pahala seperti puasa satu bulan penuh dengan shalat malamnya. Dan barang siapa yang meninggal dalam keadaan bersiap siaga maka baginya seperti itu juga pahalanya, dan ia diberikan rezeki serta diamankan dari fitnah.” (HR. Muslim).
Yang dimaksud dengan “fitnah” disini adalah siksa kubur.
23. Amal shalih pada sepuluh Dzulhijjah
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Tidak ada hari dimana amal shalih dalam sepuluh (Dzulhijjah) lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari lainnya.” Para shahabat bertanya: Wahai Rasulullah, juga tidak jihad di jalan Allah? Beliau menjawab: Juga tidak jihad di jalan Allah, kecuali orang yang mengeluarkan dengan harta dan jiwanya sementara ia tidak kembali sedkitpun.” (HR. Bukhari).
24.Mengulang-ulangi beberapa surat Al-Qur’an
Berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Surat al-Ikhlash sama dengan sepertiga al-qur’an dan surat al-Falaq sama dengan seperempat al-Qur’an.” (HR. ath-Thabarani dan dishahihkan olah Albani).
25. Berdzikir yang pahalanya berlipat ganda dan hal ini banyak (macamnya)
Diantaranya bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika keluar dari (rumah isterinya) Juwairiyah Ummul Mu’minin Radhiyallahu ‘anha disaat pagi hari ketika beliau shalat subuh sedang dia berada di tempat shalatnya. Kemudian Rasulullah pulang setelah shalat dhuha sementara Ummul mu’minin sedang duduk (di tempat shalatnya), seraya beliau bertanya: “Masihkah engkau dalam keadaan yang tatkala aku tinggalkan?” Ummul mu’minin menjawab: Ya, benar. Lalu beliau bersabda:
“Aku telah mengucapkan empat kalimat tiga kali setelahmu seandainya kalimat-kalimat itu ditimbang dengan apa yang kamu ucapkan mulai hari ini pasti (kalimat-kalimat itu) akan lebih berat, yaitu: “Subhaanallahi wa bihamdihi ‘adada khalqihi waridhaanafsihi wazinata’arsihi wamidaada kalimaatihi: maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya, Yang menghitung ciptaan-Nya, Yang ridha dengan Dzat-Nya, berat ‘arsi-Nya dan tinta kalimat-kalimat-Nya.” (HR. Muslim).
Dari Abu Umamah Radhiyallahu ‘anhu berkata: nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam melihatku dan aku sedang menggerakkan bibirku lalu beliau bertanya: “Apa yang kamu ucapkan wahai Abu Umamah? Saya menjawab: Saya berdzikir dan menyebut Allah. Kemudian (beliau mengajariku) lalu bersabda:
“Maukah kamu aku tunjukkan kepada yang lebih banyak (pahalanya) dalam berdzikir kepada Allah di siang hari dan malam hari? Maka ucapkanlah: “Walhamdulillahi mil amaa ahshaa kitaabahu, walhamdulillahi ‘adada kulla syay in, walhamdulillahi mil a kulla syay in: segala puji bagi Allah Yang Menghitung apa yang diciptakan-Nya, segala puji bagi-Nya sepenuh apa yang diciptakan-Nya, segala puji bagi-Nya yang Menghitung apa yang (terdapat) dalam langit dan bumi, segala puji bagi-Nya Yang menghitung apa yang (termaktub) dalam kitab-Nya, segala puji bagi-Nya sepenuh apa yang (termaktub) dalam kitab-Nya, segala puji bagi-Nya Yang Menghitung segala sesuatu, dan segala puji bagi-Nya sepenuh segala sesuatu.”
“Dan hendaklah kamu bertasbih kepada Allah seperti itu” Lalu beliau meneruskan sabdanya: “Pelajarilah (do’a-do’a ini) dan ajarilah orang-orang setelahmu.” (HR. ath-Thabarani dan dishahihkan oleh Albani).
26. Istighfar yang berlipat ganda
Berdasarkan sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Barangsiapa yang memintakan ampunan bagi orang-orang mu’minin maupun mu’minah Allah akan menulis dari seperti mu’minin maupun mu’minah sebagai satu kebajikan.” (HR. ath-Thabarani dan dishahihkan oleh Albani).
27. Melaksanakan kepentingan manusia
Berdasarkan sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Sesungguhnya bila aku berjalan dengan saudaraku muslim untuk memenuhi suatu hajatnya lebih saya cintai daripada saya beri’tikaf di masjid selama satu bulan.” (HR. Ibnu Abi Dun-yaa dan dihasankan oleh Albani).
28. Perbuatan-perbuatan yang pahalanya senantiasa mengalir sampai setelah mati
Yaitu yang dijelaskan dalam hadits Beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Ada empat macam pahala yang selalu mengucur (walaupun) setelah meninggal: “Seseorang yang selalu siap siaga (di perbatasan musuh) di jalan Allah, seseorang yang mengajarkan suatu ilmu maka pahalanya akan selalu mengucur selama ilmu itu diamalkan, seseorang yang memberi shadaqah maka pahalanya akan selalu mengucur (kepadanya) selama (shadaqah tersebut) dipergunakan dan seorang ayah yang meninggalkan anak yang shalih yang mendo’akan kepadanya.” (HR. Ahmad dan Thabrani).
29. Mempergunakan waktu
Hendaknya seorang muslim menggunakan waktunya dengan ketaatan (kepada Allah). Seperti membaca al-Qur’an, berdzikir, ibadah, mendengarkan kaset-kaset yang bermanfaat agar waktunya tidak sia-sia belaka agar ia tidak dilalaikan dimana saat itu tidak bermanfaat lagi kelalaian, seperti yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya:
“Dua nikmat yang (sering) dilupakan oleh kebanyakan orang, yaitu: kesehatan dan kekosongan (waktu).” (HR. Bukhari).
Allah-lah yang Maha Memberikan taufiq kepada kita semua agar umur kita dipanjangkan oleh-Nya dalam kebaikan. Dan dapat mempergunakan kesempatan-kesempatan yang berlipat ganda (pahalanya) dimana kebanyakan orang melalaikannya.

Jumat, 13 April 2012

PENGERTIAN AKIDAH SERTA IMAN KEPADA QADA DAN QADAR

Akidah berasal dari kata ‘aqada-ya’qidu-‘aqdan yang berarti simpul, ikatan, dan perjanjian yang kokoh dan kuat.  Selanjutnya akidah sering disebut sebagai ‘aqidatan yang berarti kepercayaan atau keyakinan.  Oleh karena itu, kaitan antara ‘aqdan dan ‘aqidatan adalah bahwa keyakinan itu tersimpul dan tertambat dengan kokoh dalam hati, bersifat mengikat, dan mengandung perjanjian.
Sedangkan arti akidah secara etimologi adalah ikatan atau sangkutan.  Disebut demikian, karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau tempat bergantung bagi segala sesuatu.  Ikatan akidah tidak boleh dibandingkan dengan ikatan jasmani yang dilihat secara zahir karena akidah merupakan satu ikatan rohani yang kukuh dan abstrak antara Pencipta dan makhluk ciptaan-Nya.  Sedangkan pengertian akidah menurut istilah adalah keyakinan hati dan pembenaran terhadap sesuatu.
Dalam pengertian teknis, akidah berarti iman atau keyakinan.  Maka dari itu, akidah dikaitkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh ajaran Islam sehingga kedudukan akidah dalam Islam adalah sangat sentral dan fundamental.  Akidah juga berarti janji. Maksudnya ialah akidah merupakan janji kita pada Allah SWT.  Jika akidah kita luntur, berarti luntur pula janji kita pada Allah SWT.  Oleh karena itu, kita harus selalu memegang teguh akidah sebagai perwujudan janji kepada Allah SWT.
Di sisi lain, pengertian akidah juga dapat ditinjau secara terminologis, seperti diungkapkan oleh Hasan al-Banna dalam Majmu ‘ar-Rasaail, yakni :
“Aqaid (bentuk jamak dari ‘aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketenteraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.”
Selain itu, Abu Bakar Al-jazairi dalam kitab ‘Aqidah al-Mukmin, menyatakan bahwa :
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara mudah oleh manusia berdasarkan akal, wahyu (yang didengar), dan fitrah.  Kebenaran itu dipatrikan dalam hati dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu.”
Allah berfirman dalam surat Al Hajj ayat 54 :
Arti : Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al-Quran itulah yang hak dari Rabbmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.
Seperti yang telah disebutkan di atas, akidah ditautkan dengan Rukun Iman sebagai pokok-pokok ajaran Islam.  Rukun Iman ada enam, yaitu :
Seperti yang telah disebutkan di atas, akidah ditautkan dengan Rukun Iman sebagai pokok-pokok ajaran Islam.  Rukun Iman ada enam, yaitu :
  1. Iman kepada Allah SWT
  2. Iman kepada malaikat-malaikat
  3. Iman kepada kitab-kitab Allah
  4. Iman kepada para rasul
  5. Iman kepada hari kiamat
  6. Iman kepada qada dan qadar
Firman Allah yang menegaskan hal tersebut terdapat dalam Al Qur’an surat Al Kahfi ayat 29, yakni :